Situs Lingga Yoni yang terletak di Bukit Gununggono, Desa Banyubiru, merupakan peninggalan bersejarah dari masa Mataram-Hindu abad ke-8. Lingga adalah simbol maskulinitas (alat kelamin laki-laki), sedangkan Yoni melambangkan feminitas (rahim atau alat kelamin perempuan). Keduanya dipahami sebagai simbol kesuburan serta keseimbangan alam dan manusia.
Situs ini terbuat dari batu andesit dengan ukuran Yoni sekitar 1,15 m x 1 m. Dalam kepercayaan Hindu kuno, Lingga Yoni sering digunakan sebagai media pemujaan, sekaligus melambangkan keselarasan dan sumber kehidupan. Keberadaannya diyakini membuat tanah di sekitar menjadi subur, sehingga sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat pada masa itu.
Selain Lingga Yoni, di lokasi yang sama juga ditemukan arca Ganesha, yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan sebutan “Mbah Gono”. Arca ini dahulu banyak dikunjungi penganut Hindu untuk beribadah. Namun, seiring masuknya Islam yang dibawa oleh KH Muhammad Mukri, arca tersebut ditinggalkan dan kini hanya menyisakan bagian tubuh dari perut hingga kaki akibat kerusakan yang cukup parah.
Cerita rakyat setempat menambah daya tarik situs ini. Konon, ketika Mbah Mukri memenggal kepala arca Ganesha, patung tersebut mengeluarkan darah yang mengalir hingga ke Sungai Biru. Meski hanya dianggap mitos, kisah ini menunjukkan bagaimana masyarakat Jawa menyampaikan simbol dan makna melalui cerita lisan, menjadikan situs ini bukan hanya peninggalan fisik, tetapi juga bagian dari identitas budaya.